Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

KONTRIBUSI KEGIATAN KEMAHASISWAAN TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR

Penelitian ini berangkat dari adanya pertanyaan tentang sejauh mana kegiatan kemahasiswaan di JPTA – UPI dapat mendukung motivasi berprestasi mahasiswa JPTA – UPI dimana korelasi antar kedua variabel ini belum jelas terlihat. Atas dasar permasalahan tersebut maka tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kegiatan kemahasiswaan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa JPTA – UPI

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif korelasional dengan populasi mahasiswa JPTA-UPI yang aktif di kegiatan kemahasiswaan. Pengumpulan data untuk setiap variabel menggunakan angket yang telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas agar angket tersebut layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Kemudian angket tersebut dibagikan kepada sejumlah sampel penelitian yang telah ditentukan.

Setelah data dari kedua variabel terkumpul, maka dilakukan berbagai macam perhitungan secara statistik untuk dapat menjawab permasalahan penelitian. Penghitungan dan pengujian yang dilakukan diantaranya ialah uji normalitas, melalui uji normalitas didapatkan salah satu variabel tidak berdistribusi normal dan penelitian dilanjutkan dengan menghitung korelasi kedua variabel dengan menggunakan rumus Spearman Rank. Dari hasil penghitungan tersebut didapatkan hasil koefisien korelasi yang termasuk ke dalam kategori kuat, angka hasil uji korelasi tersebut digunakan kembali untuk menghitung besaran koefisien determinasi untuk mengetahui berapa besar kegiatan kemahasiswaan memberi kontribusi pada motivasi berprestasi.

Dari hasil penghitungan tersebut didapatkan hasil yang menyatakan kegiatan kemahasiswaan berkontribusi sebesar 53% terhadap motivasi berprestasi mahasiswa JPTA-UPI. Hasil penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, dimana hasil penghitungan statistik menyatakan bahwa kegiatan kemahasiswaan pada JPTA-UPI termasuk kedalam kategori baik, begitu pula dengan motivasi berprestasi mahasiswa JPTA-UPI juga berada dalam kriteria baik.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini membuahkan kesimpulan bahwa “Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara kegiatan kemahasiswaan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa JPTA – UPI“.

Sebelum Download Baca Cara Download






Read more

KETERAMPILAN INTERPRETASI SISWA LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN TERHADAP GAMBAR DAN BAGAN PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berjudul “Keterampilan Interpretasi Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan terhadap Gambar dan Bagan pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia“. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI IPA dalam melakukan interpretasi terhadap gambar dan bagan pada konsep sistem reproduksi manusia. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri  Kelas XI IPA 4 Semester 2 dengan jumlah 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. 

Instrumen penelitian berupa tes keterampilan interpretasi berbentuk uraian yang disajikan dalam bentuk gambar dan bagan serta angket siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan interpretasi siswa laki-laki dan siswa perempuan. Keterampilan interpretasi siswa laki-laki termasuk kategori cukup (61,48%) sedangkan siswa perempuan termasuk kategori kurang (55,56%), serta penguasaan tiap indikator keterampilan interpretasi yang terdiri dari keterampilan menghubungkan hasil pengamatan termasuk kategori baik (80%) untuk siswa laki-laki sedangkan siswa perempuan termasuk kategori cukup (60%), keterampilan menemukan pola dari suatu seri pengamatan termasuk kategori kurang (58,75%) untuk siswa laki-laki sedangkan siswa perempuan termasuk kategori cukup (62,08%) dan keterampilan menyimpulkan hasil pengamatan, baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan termasuk kategori kurang sekali dengan persentase masing-masing sebesar 52,78% dan 43,89%.

Sebelum Download Baca Cara Download


 Download Daftar Isi
Download BAB 1
Download BAB 2
Download BAB 3
Download BAB 4
Download BAB 5
Download Daftar Pustaka

Read more

PENGGUNAAN ALAT PERAGA MAKET KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA TEMA PENDIDIKAN

PENGGUNAAN ALAT PERAGA MAKET KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA TEMA PENDIDIKAN 
 Penelitian Tindakan Kelas pada Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas III SD Negeri

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru pasti menemukan banyak hal, mulai dari hal yang biasa saja sampai dengan hal yang luar biasa. Salah satu diantara permasalahan yang timbul adalah tidak digunakannya alat peraga sebagai sarana fisik untuk menyampaikan materi pelajaran sehingga hasil belajar siswa masih rendah  atau dibawah KKM yang sudah ditentukan. Berangkat dari permasalahan tersebut, seorang guru akan menjadi “kaya” dengan pengalaman mengajar. Namun dari permasalahan yang dihadapi seorang guru masih sedikit sekali yang tergerak hatinya untuk mencarikan solusi dengan melakukan penelitian. Dalam hal ini penulis mencoba untuk melakukan kegitan penelitian tersebut.

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah mencari jawaban apakah dengan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mencari jawabannya penulis melakukan penelitian dengan metode penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam dua siklus dengan alur penelitian yang digunakan adalah observasi awal, refleksi awal penyusunan rencana tindakan, implementasi tindakan, observasi tindakan dan refleksi. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Tugu 8 Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes pada setiap siklus dan lembar observasi. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan alat peraga maket kenampakan permukaan bumi  dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar yang dicapai setelah siklus I adalah 65,1%, siklus II adalah 79%. Berdasarkan standar penilaian yang dikeluarkan Dirjen Pendidikan Tinggi bahwa nilai rata-rata hasil belajar tersebut tergolong baik.

Dari hasil penelitian tersebut diatas maka penulis berkesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui penggunaan alat peraga. Untuk itu penulis memberikan saran bahwa penggunaan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran IPA di SD dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
Read more

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN EKONOMI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN EKONOMI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berjudul “Keterampilan Interpretasi Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan terhadap Gambar dan Bagan pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia“. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI IPA dalam melakukan interpretasi terhadap gambar dan bagan pada konsep sistem reproduksi manusia. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 9 Kota Bandung Kelas XI IPA 4 Semester 2 dengan jumlah 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Instrumen penelitian berupa tes keterampilan interpretasi berbentuk uraian yang disajikan dalam bentuk gambar dan bagan serta angket siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan interpretasi siswa laki-laki dan siswa perempuan. Keterampilan interpretasi siswa laki-laki termasuk kategori cukup (61,48%) sedangkan siswa perempuan termasuk kategori kurang (55,56%), serta penguasaan tiap indikator keterampilan interpretasi yang terdiri dari keterampilan menghubungkan hasil pengamatan termasuk kategori baik (80%) untuk siswa laki-laki sedangkan siswa perempuan termasuk kategori cukup (60%), keterampilan menemukan pola dari suatu seri pengamatan termasuk kategori kurang (58,75%) untuk siswa laki-laki sedangkan siswa perempuan termasuk kategori cukup (62,08%) dan keterampilan menyimpulkan hasil pengamatan, baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan termasuk kategori kurang sekali dengan persentase masing-masing sebesar 52,78% dan 43,89%. 



Isi Skripsi berupa file PDf. 
 
 Sebelum Download Baca Cara Download


Read more

Perkembangan motorik halus dan kasar

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KASAR

Agar si kecil bisa mencapai dan melewati perkembangannya dengan normal, perlu diberikan stimulasi yang tepat sesuai usianya.

Idealnya, perkembangan motorik kasar dan halus si kecil akan diamati setiap berkunjung ke dokter spesialis anak dengan melakukan beberapa tes; apakah anak sudah bisa melakukan suatu gerakan A, misal. Dengan begitu, ketika ada keterlambatan, dokter langsung dapat mengintervensi dan memberi saran pada orang tua.

Tes yang umum dilakukan untuk memantau perkembangan motorik adalah tes Denver. Tes ini membagi perkembangan anak jadi empat, yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif. Perkembangan bayi akan diamati setiap 1 bulan sekali. Sedangkan balita, atau tepatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan sekali.

Tes Denver ini, terang Ika Widiawati, lulusan Fakultas Psikologi UI, semacam checklist untuk mempermudah pemantauan akan perkembangan anak. Apakah anak sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atau tidak. "Kalau misalnya anak terlambat, kita harus tahu pasti, bagian mana yang terlambat. Apakah perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa atau personal sosialnya." Bila sudah diketahui, misal, "O, anak ini hanya perkembangan motoriknya saja yang terganggu, yang lain sesuai." Maka terapinya akan ditekankan ke situ.

Namun, jangan buru-buru menganggap si kecil mengalami kelainan, karena siapa tahu yang jadi penyebab justru kurangnya stimulasi. Itu sebab, bila terjadi keterlambatan, kita harus tahu persis penyebabnya. "Tak heran seorang psikolog akan bertanya bagaimana pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya. Bukan tak mungkin orang tua yang overprotective akan membuat anak sulit berkembang. Kalau ini masalahnya, jelas orang tuanya yang perlu diterapi. Harus di beri penjelasan tentang dan cara-cara melakukan stimulasi pada anak."

Tapi kalau semua perkembangan anak terlambat, dari perkembangan bahasa, personal sosial, motorik kasar dan halusnya, maka anak dinyatakan mengalami retardasi mental/keterbelakangan mental. Misal, anak usia 3 tahun namun kemampuan motorik halus, kasar, termasuk berbahasa dan sosialnya, masih setara dengan anak usia 1 tahun 8 bulan.

Yang jelas, bila masalahnya berhubungan dengan motorik kasar, anak akan menjalani fisioterapi. Sedangkan jika masalahnya pada motorik halus, ia akan menjalani terapi okupasi. Untuk keterlambatan bahasa, tentu anak akan menjalani terapi wicara, dan sebagainya.

Nah, seperti apa perkembangan motorik kasar dan halus si batita? Yuk, kita, simak bersama di bawah ini, merunut tes Denver yang sudah dimodifikasi. Selanjutnya, amati apakah perkembangan si kecil sudah sesuai. Jangan lupa, beri stimulus agar ia bisa mencapai tahap-tahap perkembangan yang harus dilaluinya. Tentunya dilakukan sambil bermain, ya, Bu-Pak.
Faras Handayani.Foto: Iman Dharma (nakita)


Read more

TEKNIK BERCERITA DALAM PENGAJARAN BAHASA

PENGAJARAN secara formal di dalam bilik darjah biasanya begitu popular dilakukan dengan menggunakan teks sebagai media pengantar. Proses ini telah berlaku dan klise dalam dunia pendidikan. Proses pendidikan memerlukan lebih banyak cara penyampaian mengikut kesesuaian subjek pelajaran. Dalam pengajaran bahasa, komitmen guru secara lebih kreatif sangat dituntut dalam berkomunikasi. Salah satu komunikasi ialah melalui teknik bercerita. Bercerita merupakan salah satu sumber pendidikan yang amat rapat dengan dunia kanak-kanak. Bercerita semacam satu budaya yang sangat hidup dalam masyarakat. Pendidikan awal tidak formal kanak-kanak banyak diperolehi melalui komunikasi bercerita. Melaluinya informasi diperolehi begitu cepat kerana dalam proses bercerita komunikasi lebih satu hala wujud. Pencerita bercerita, yang mendengar akan menyoal dan bertanya pada waktu tertentu. Inilah sebenarnya yang diperlukan dalam dunia pendidikan. Pendidikan itu hidup dalam suasana harmoni dan komunikasi tidak tertekan.

Dalam pendidikan secara formal, teknik bercerita itu mempunyai banyak tujuan yang telah digariskan oleh beberapa tokoh pendidikan. Ee Ah Meng (1993: 143) menggariskan 12 tujuan becerita dan Mook Soon Sang (1993: 107) menggariskan lapan tujuan. Dengan merumuskan secara singkat, antara tujuannya ialah:

* Ia memotivasikan murid-murid untuk minat belajar dalam suasana yang menggembirakan;

* Pembelajaran yang berlaku melalui cerita adalah lebih kekal dan diingati lebih lama. Oleh itu, nilai-nilai murni boleh diterapkan ke dalam cerita-cerita tersebut;

* Setengah-setengah cerita dapat melibatkan murid-murid secara aktif. Dengan itu, bercerita boleh menjadi suatu strategi pengajaran yang memusatkan kepada murid-murid;

* Cerita yang bertema moral dapat membantu murid-murid menghayati nilai-nilai murni. Ini adalah kerana murid-murid belajar melalui peniruan watak-watak baik yang ditonjolkan dalam cerita;

* Cerita dapat mengurangkan masalah disiplin secara tidak langsung. Ini adalah kerana murid-murid yang tertarik kepada cerita ingin mendengar dengan teliti dan dengan itu tidak mungkin akan menimbulkan masalah disiplin;

* Ia dapat memperluaskan pengalaman murid jika cerita itu dapat dikaitkan dengan kehidupan seharian;

* Ia meningkatkan lagi kemahiran mendengar murid dan daya kreativiti murid-murid; dan

* Melatih murid menyusun idea secara teratur sama ada secara lisan atau tulisan bagi aktiviti selanjutnya. Secara tidak langsung, mereka juga boleh menambahkan bahan-bahan untuk menulis karangan.

Ada beberapa aspek yang perlu diambil kira bagi menentukan keberkesanan cerita. Suara amat penting. Suara itu sebenarnya aset yang sangat dituntut dalam dunia pendidikan. Suara bukan sahaja memainkan peranan yang amat penting yang menentukan keberkesanan sesuatu cerita, malah sangat penting untuk semua aspek penyampaian pengajaran yang lain. Dalam bercerita, suara itu mempunyai disiplin. Intonasi suara perlulah jelas dan lantang supaya dapat didengar oleh semua pendengar. Nada suara tidak terlalu mendatar. Pencerita perlu menunjukkan emosi melalui nada suara yang sesuai seperti sedih, cemas, marah dan gembira. Variasi suara dan kecekapan bercerita perlulah sesuai dengan situasi episod cerita. Sebutan mestilah jelas.

Di samping suara, bahasa juga satu keperluan yang mesti diambil kira. Melalui bahasalah pengajaran bercerita itu dapat disalurkan. Oleh itu penggunaan bahasa perlu sesuai dengan tahap kebolehan pendengar. Sebelum istilah-istilah baru diperkenalkan, kanak-kanak perlu telah faham asas-asas bahasa yang boleh dijadikan titik tolak semasa bercerita. Pergerakan bahasa mestilah bergerak dari yang konkrit kepada yang abstrak. Apa yang penting cerita itu dapat difahami dengan jelas dan memberi kesan kepada murid-murid.

Aspek lain yang dapat mendukung keberkesanan cerita itu ialah gerak badan dan memek muka. Gerak badan dan memek muka perlu sesuai dan tepat. Memek muka yang berlebihan boleh menukar 'mood' murid-murid dan ini perlu dielakkan. Oleh itu hubungan guru dan murid itu mesti sentiasa terjalin semasa bercerita. Guru boleh menukar haluan jika didapati konsentrasi dan emosi murid tidak seperti yang diharapkan.

Teknik bercerita ini sebenarnya boleh dipraktikkan secara bebas oleh guru. Secara asasnya teknik bercerita itu hanya perlukan cerita, penyampai dan audiennya. Bagaimanapun dalam dunia pendidikan formal, teknik bercerita dapat dimodifikasi dan dimanipulasi mengikut kesesuaian dalam bilik darjah, bahan pengajaran dan teknologi pendidikan yang ada. Dengan itu lahirlah pelbagai metod yang boleh digunakan dalam menjayakan teknik bercerita ini.

Antaranya ialah bercerita sambil bersoal jawab. Sebelum guru memulakan cerita, murid-murid diarah untuk mendengar dan mengikuti jalan cerita dengan sepenuhnya, termasuk juga aspek-aspek pengajaran dan nilai yang terdapat dalam cerita tersebut. Sambil guru bercerita, guru akan berhenti bercerita dan menyoal murid-murid mengenai apa yang telah diceritakan. Kemudian guru menyuruh murid-murid meramal cerita seterusnya dan setelah itu menyambung kembali ceritanya. Ini bertujuan supaya murid-murid akan terus mengikuti cerita itu dan memahami cerita yang disampaikan. Teknik ini boleh digunakan untuk pengajaran kefahaman, karangan, kosa kata dan sebagainya.

Teknik bercerita juga boleh disampaikan terus melalui buku. Guru menyampaikan cerita kepada murid-murid melalui bacaan daripada buku cerita. Sementara itu murid-murid mendengar, memahami, menghayati dan kemudian diminta menceritakan kembali cerita yang didengar itu. Guru mestilah menghayati cerita yang dibacakan dan menyampaikannya dengan gaya dan intonasi yang boleh menarik minat murid untuk mengikuti cerita sehingga selesai. Menerusi teknik ini pengajaran bahasa seperti kemahiran bertutur, membina ayat, kefahaman, karangan, kosa kata dan sebagainya boleh diajarkan.

Teknologi moden dapat menambah variasi penyampaian. Murid-murid akan diperlihatkan dengan gambar-gambar slaid melalui OHP atau 'Power Point' komputer. Kemudian murid-murid diminta untuk memerhati gambar-gambar slaid yang ditayangkan dan seterusnya mengikuti cerita yang akan diperlihatkan dari slaid tadi. Menerusi slaid murid-murid dapat mengikuti urutan atau jalan cerita dengan mudah dan cerita itu akan lebih menarik.

Pita rakaman juga masih berkesan jika digunakan kerana ia dapat membantu kemahiran mendengar murid-murid. Murid-murid diperdengarkan kepada rakaman yang mengandungi urutan beberapa peristiwa dan mereka diminta mengimaginasikan peristiwa tersebut.

Jika guru berupaya untuk mewujudkan teater pembaca maka ia akan lebih baik dan berkesan dalam menyampaikan ceritanya. Teater pembaca adalah satu aktiviti drama yang boleh melibatkan semua murid dalam sesebuah bilik darjah. Sebahagian daripada mereka akan membaca sebuah cerita dengan penghayatan dan intonasi yang betul sehingga menimbulkan suasana cerita yang menarik dan mudah difahami. Ini bertujuan untuk membantu penonton memahami, menghayati dan merasakan seolah-olah cerita itu sedang berlaku di hadapan mata mereka. Pembaca hanya dikehendaki menggunakan suara, gerak badan dan memek muka. Namun begitu, teknik ini perlu perancangan yang rapi agar pengajaran dapat berjalan dengan lancar dan murid-murid dalam keadaan yang terkawal.

Bercerita menggunakan pelbagai seni bahasa itu sangat mendukung perkembangan kosa kata dan kepekaan murid kepada seni bahasa dan budaya mereka. Syair, pantun, sajak, seloka, gurindam, hikayat dapat digunakan untuk menambah variasi pengajaran dan pembelajaran. Guru boleh mereka sebuah syair yang berbentuk cerita umpamanya riwayat hidup seseorang, kisah-kisah sejarah yang bersesuaian dan sebagainya. Syair yang berbentuk cerita hendaklah disampaikan dengan penuh

penghayatan. Ini akan menimbulkan minat di kalangan murid-murid lebih-lebih lagi mereka jarang mendengar syair.

Bercerita menggunakan kad gambar atau gambar bersiri, gambar kartun, keratan akhbar dan keratan majalah juga dapat digunakan dalam mencari suasana baru dalam bercerita. Melaluinya murid-murid dibimbing membina cerita sendiri berdasarkan bahan-bahan rangsangan seperti gambar kartun dan keratan akhbar. Dengan menggunakan gambar-gambar kartun atau keratan akhbar murid-murid disuruh memerhati dan kemudian menceritakan mengenai gambar atau keratan akhbar itu. Mereka akan bercerita kepada guru dan rakan-rakan sedarjah. Cerita tidak perlu panjang. Murid-murid dapat dilatih menyampaikan maklumat dengan berkesan secara bersahaja. Ini membolehkan murid-murid berkomunikasi dengan lebih berkesan. Dengan ini, kemahiran berbahasa murid-murid dapat dipertingkatkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan keterangan yang diberikan di atas dapatlah disimpulkan bahawa dengan menggunakan teknik bercerita banyak aspek-aspek bahasa, yang boleh diajarkan umpamanya empat kemahiran asas iaitu kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan menulis. Begitu juga dengan memasukkan isi-isi pelajaran ke dalam cerita simpulan bahasa, perkataan berlawan, cakap ajuk, cakap pindah selain dari pengajaran karangan, fahaman, tatabahasa, kosa kata dan sebagainya. Di samping itu, guru juga seharusnya menyerapkan nilai-nilai murni melalui cerita. Dengan ini, prinsip bahasa merentas kurikulum dapat dipraktikkan. Di samping mereka seronok mendengar cerita mereka juga memperolehi pelajaran dan lebih memahami pengajaran cerita yang ingin disampaikan.

Selain daripada itu teknik ini juga dapat mencungkil bakat murid-murid dan memberi latihan kepada mereka untuk berhadapan dengan khalayak ramai. Namun begitu kita haruslah ingat bahawa teknik bercerita hanyalah satu jalan untuk menyalurkan pengetahuan kepada murid dengan cara yang menarik agar menimbulkan minat mereka untuk belajar. Panduan ini hanya diharapkan menjadi titik tolak untuk diterapkan dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Melayu dan pelajaran lain yang difikirkan sesuai oleh guru.

BIBLIOGRAFI

Ee Ah Meng, 1993, Pedagogi II Amalan Dalam Bilik Darjah, Kuala Lumpur: Fajar Bakti Sdn. Bhd.

Kamarudin Hj. Husin, 1990, Pengajaran dan Pembelajaran Lisan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Mok Soon Sang, 1993, Pedagogi 2 Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Pengajaran Mikro, Selangor Darul Ehsan: Kumpulan Budiman Sdn. Bhd.

Raminah Hj. Sabran dan Rahim Syam, 1985, Kaedah Pengajaran Bahasa Malaysia, Kuala Lumpur: Fajar Bakti Sdn.Bhd.

Sidang Pengarang, 1992, Kurikulum Baru Sekolah Rendah - Jilid 7 Aktiviti Bahasa, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

______________, 1995, Bahasa Melayu Sekolah Rendah Negara Brunei Darussalam Buku 4 Edisi Kedua, Bandar Seri Begawan: Jabatan Perkembangan Kurikulum, Kementerian Pendidikan.

______________, 1998, Kamus Dewan Edisi Ketiga, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Read more

Pentingnya bimbingan dan penyuluhan di sekolah


Pentingnya bimbingan dan penyuluhan di sekolah menengah pada saat ini sangat diperlukan untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaan. Karenanya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang memerlukan tenaga pembimbing yang professional. Di mana pembimbing tidak hanya menguasai bahan pelajar, tetapi juga menguasai nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut maka siswa dipengaruhi oleh proses pembimbing.
Di antara pertimbangan pokok yang mendasari pembahasan tersebut adalah persoalan ini merupakan persoalan esensial. Sebab terletak di tangan pembimbing kemungkinan berhasil atau tidak pencapaian belajar. Oleh karena itu perlu dilihat bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam penanggulangan kesulitan belajar siswa.
Membahas tentang peranan bimbingan dan penyuluhan sekolah tidak terlepas dari proses belajar mengajar dalam proses antara pembimbing dan siswa bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Secara definitif bimbingan dan penyuluhan adalah orang yang pekerjaannya  mengajar dan mendidik serta sebagai pembimbing, sedangkan siswa atau anak adalah yang sedang belajar.
Berasarkan hal tersebut di atas, pembahasan skripsi ini adalah tentang peranan bimbingan  dan penyuluhan dalam penanggulangan kesulitan belajar siswa MTs. Wali Songo. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam penanggulangan  kesulitan berlajar siswa MTs. Wali Songo
Sedangkan yang menjadi sub pokok permasalahan ini adalah tentang bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam peanggulangan kesulitan belajar siswa dengan bimbingan yang bersifat preventif dan bimbingan yang bersifat kuraitif di MTs. Wali Songo.
Penelitian di lapangan dijadikan bahan masukkan untuk mengetahui situasi yang sebenarnya dan kegiatan bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan di MTs. Wali Songo.
Dari hasil penelitian  lapangan diperoleh kesimpulan bahwa peranan bimbingan dan penyuluhan dalam penaggulangan kesulitan belajar siswa dengan bimbingan baik bimbingan yang bersifat preventif maupun yang bersifat kuratif  adalah cukup atau sedang, hal ini nampak pada aktifitas bimbingan dan penyuluhan yang dilaksanakan di MTs. Wali Songo
Demikian abstrak skripsi ini, yang setidaknya akan dapat memberikan gambaran umum tentang isi dari skripsi ini secara keseluruhan.
Read more